November 13, 2025
IMG_20251026_190838

Halmahera Selatan,– Di tengah kesunyian pagi yang biasanya dipenuhi tawa riang anak-anak istimewa, Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Labuha hari ini terasa hening oleh duka yang mendalam. Keluarga besar sekolah ini menyampaikan ucapan belasungkawa yang tulus atas kepergian Ibu Sarah Banapon, seorang guru yang tak hanya mengajar, tapi juga menyentuh hati ratusan jiwa dengan kehangatan dan dedikasinya yang tak tergantikan. Kehilangan ini bukan sekadar berpisah dari seorang pendidik, melainkan kehilangan seorang ibu, sahabat, dan pilar kekuatan bagi komunitas pendidikan inklusif di Pulau Bacan.

Ibu Sarah Banapon, yang dikenal dengan senyum ramah dan hati yang selalu terbuka, telah tiada. Sosoknya yang penuh kebaikan meninggalkan luka yang dalam di hati setiap orang yang pernah berkenalan dengannya. Sebagai guru di SLB Negeri Labuha, ia telah mengabdikan hidupnya selama bertahun-tahun untuk mendampingi siswa-siswi berkebutuhan khusus, mulai dari anak tunarungu hingga tuna Daksa, dengan kesabaran yang seperti tak pernah pudar.

“Beliau adalah cahaya bagi kami semua,” ujar salah seorang rekan guru yang enggan disebut namanya, sambil menahan isak.

Marsumi, Kepala SLB Negeri Labuha, menyampaikan kesedihan yang mendalam atas kepergian rekannya.

“Kami telah kehilangan guru yang sangat berjasa di SLB Negeri Labuha. Ibu Sarah Banapon adalah orang baik dan sangat ramah. Beliau bukan hanya mengajar huruf dan angka, tapi juga menanamkan nilai-nilai kasih sayang yang membuat anak-anak kami merasa utuh dan berharga,” kata Marsumi dengan suara bergetar, saat ditemui di ruang kerjanya yang kini terasa sepi.

Menurutnya, Ibu Sarah sering kali menjadi ‘penyelamat’ di saat-saat sulit, seperti ketika ia secara sukarela tinggal lebih lama untuk membimbing siswa yang kesulitan beradaptasi. “Ramahnya beliau seperti angin sepoi-sepoi di pantai Labuha—menenangkan dan menyegarkan. Kepergiannya meninggalkan kekosongan yang sulit diisi.”

Keluarga besar SLB Negeri Labuha, yang mencakup orang tua siswa, staf pendidik, dan alumni, turut berdukacita atas kehilangan ini. Mereka mengenang Ibu Sarah sebagai sosok yang tak kenal lelah. Bagi para orang tua, ia adalah teladan bagaimana mendidik anak istimewa dengan penuh empati. “Ibu Sarah mengajarkan anak saya untuk mencinta dirinya sendiri, meski dunia sering kali tak adil,” .

SLB Negeri Labuha, yang terletak di kawasan Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, bukan sekolah biasa. Di sini, pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademik, tapi tentang membangun kepercayaan diri dan kemandirian bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Institusi ini, dengan akreditasi B dan menerapkan Kurikulum Merdeka, telah menjadi rumah kedua bagi puluhan siswa dari berbagai penjuru Maluku Utara. Ibu Sarah, sebagai bagian integral dari sejarah sekolah, pernah memimpin berbagai program inovatif, seperti kelas seni inklusif yang menggabungkan musik tradisional Bacan dengan terapi sensorik. Kontribusinya tak hanya terukur dari rapor siswa, tapi dari senyum-senyum yang ia ciptakan—senyum yang kini menjadi warisan abadi.

Kepergian Ibu Sarah mengingatkan kita semua akan kerapuhan hidup, terutama di tengah tantangan pendidikan inklusif di daerah terpencil seperti Halmahera Selatan. Akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus masih menjadi isu krusial, dan sosok seperti Ibu Sarah adalah pahlawan tak terlihat yang membuat perubahan nyata.

“Beliau mengajarkan kami bahwa setiap anak adalah permata, meski terkadang perlu polesan ekstra,” tambah Marsumi, yang berjanji akan melanjutkan semangatnya melalui program peringatan tahunan.

Semoga arwah Ibu Sarah Banapon dirahmati Allah SWT, ditempatkan di sisi yang terbaik, dan amal jasanya menjadi syafaat. Kepada keluarga yang ditinggalkan, kami doakan kekuatan dan ketabahan. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Penulis: Rahmat Ikram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *